Penyebab Utama Puluhan Siswa Mundur dari SRT 49 Sumenep, Fasilitas Disorot

www.peristiwaRakyat.com.ǁSumenep,18 Oktober 2025-Belum genap sebulan beroperasi, puluhan siswa Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 49 di Kecamatan Batuan, Kabupaten Sumenep sudah memilih mundur.

Sekolah tersebut  baru diresmikan pada 30 September 2025, kini tengah menjadi sorotan.

Dari total 96 siswa yang sempat terdaftar di awal pembukaan, kini hanya tersisa 75 siswa aktif.

Sebanyak 21 siswa lainnya diketahui mengundurkan diri, mayoritas dari jenjang Sekolah Dasar (SD).

Wakil Kepala Humas SRT 49, Meliana Risdiyanti membenarkan terkait adanya gelombang pengunduran diri siswa tersebut.

“Mayoritas yang mengundurkan diri memang dari tingkat SD, karena mereka masih kecil dan belum bisa jauh dari keluarga,” kata Meliana saat dikonfirmasi, Sabtu (18/10/2025).

Menurutnya, konsep sekolah berasrama menjadi tantangan tersendiri bagi siswa dan orang tua.

Banyak siswa kecil yang belum siap tinggal terpisah dari keluarga, sementara sebagian orang tua masih ragu dengan sistem pendidikan yang diterapkan di SRT 49.

“Konsep belajar di sini padat, mulai pagi sampai malam. Ada orang tua yang merasa kasihan anaknya kelelahan.”

“Kami pahami hal itu, makanya sedang kami upayakan penyesuaian,” terangnya.

Selain faktor psikologis, ada juga siswa yang mundur karena alasan administrasi.

Beberapa di antaranya tidak bisa melanjutkan karena usia melebihi batas maksimal 19 tahun.

Meski demikian, pihak sekolah berusaha melakukan berbagai langkah agar siswa yang tersisa bisa lebih betah.

Salah satunya dengan membuat pola pembelajaran yang lebih dinamis dan menyenangkan.

Namun, persoalan lain yang tak kalah serius muncul dari sisi fasilitas dan sarana belajar.

Hingga pertengahan Oktober, SRT 49 Sumenep masih minim perlengkapan belajar.

“Buku pelajaran dan alat tulis masih belum lengkap, beberapa kelas juga belum memiliki LCD atau proyektor,” ungkap Meliana.

Pihaknya menambahkan, hingga saat ini para siswa baru memiliki dua stel pakaian santai karena seragam resmi belum dibagikan sejak sekolah dibuka.

“Untuk seragam memang belum diterima, tapi pengukurannya sudah dilakukan,” katanya.

Guru di SRT 49 bahkan masih harus meminjam printer dari Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Dinsos P3A) Sumenep, itu untuk mencetak alat peraga pembelajaran.

Meliana menyebut, pengadaan seluruh perlengkapan belajar seharusnya menjadi tanggung jawab vendor.

Namun, realisasinya masih belum sesuai kebutuhan di lapangan.

“Kami berharap paling lambat minggu depan semua kebutuhan dasar siswa bisa terpenuhi.”

“Karena bagaimanapun, kelengkapan sarana belajar sangat penting untuk mendukung kenyamanan anak-anak di asrama,” harapnya.